Orang Tua Murid: Mari Ubah Menu Kantin Sekolah

Waktu saya sekolah, dari SD sampai SMA kebanyakan makanan adalah junk food. Kalau saya jajan, saya biasanya beli indomie telor atau mie ayam yang penuh MSG, soft drink atau jelly drink yang isinya gula and pewarna, atau nasi dan chicken nuggets (yang saya yakin, nuggets-nya frozen dan mengandung pengawet, bukan buatan sendiri), atau snack ga ada juntrungan kayak Chickie, Coki-Coki, Kit Kat, wafer superman dan Taro.

Karena itu, saya agak2 culture shock waktu ikut orientasi sekolah anak saya di Singapur. Kantinnya sama sekali tidak jual soft drinks. Ada banyak vending machine bermerek Coca Cola di kompleks sekolah, tapi hanya jual aqua botol.

Kantinnya sama sekali tidak jual junk food. Nggak ada cup noodles, chicken nuggets dan sejenisnya. Untuk makan siang, murid bisa milih antara makan nasi + lauk + sayur (e.g. nasi ayam hainan), sandwich bar (isinya boleh milih sendiri), sushi, dsb. Minumnya bisa air mineral, juice, teh (green tea, chrysanthemum, lemon tea) atau beberapa macam energy drink (sejenis Milo atau Gatorade).

Apa yang mereka sajikan di kantin bisa dibilang lebih variatif dan bergizi dari apa yang saya sebagai orang tua bisa siapkan dari rumah pagi2 buta. Kalo anak saya saya bawakan makan siang, paling isinya nasi goreng, nasi + maling, mie goreng (hasil indomie) atau lauk sisa semalam.

Trus saya berpikir, “Apa yang membuat sekolah ini hanya menyajikan makanan sehat?”

Faktornya ada 2. Pertama, pemerintah Singapur memang merekomendasikan kantin-kantin sekolah untuk hanya menyajikan makanan sehat. 85% sekolah di Singapur mengikuti anjuran ini.

Kedua, sekolah ini punya PTA (parent-teacher association) atau POMG yang kuat. Mereka meminta sekolah untuk hanya menyajikan makanan sehat untuk anak-anak mereka.

Lalu saya berpikir, “Kalau sekolah ini bisa, kenapa orang-orang tua murid di Indonesia tidak mulai melakukan hal yang sama?”

Bayangkan efek positif dari menu sehat di kantin sekolah. Anak kita akan terhindar dari asupan MSG, bahan kimia, pewarna dan gula yang berlebihan, yang bisa membuat mereka hiperaktif di kelas dan di rumah (note: riset membuktikan bahwa kelebihan asupan gula merupakan salah satu pemicu Attention Deficiency Disorder / ADD) .

Menu sehat di kantin sekolah juga memberikan orang tua kemudahan yang lebih. Kita nggak usah pusing2 nyiapin lunch box, karena kita percaya apapun yang anak kita pilih untuk makan siangnya akan mengandung gizi seimbang. Mungkin kalo di Indo ada pembantu yang nyiapin yaaa … tapi kalo kayak saya khan masak sendiri, males bangun subuhnya itu loh!

Makanan sehat juga meningkatkan kemampuan anak untuk berkonsentrasi. Di acara TV “Jamie’s School Dinners” (Discovery Travel & Living), saya melihat guru2 di sekolah2 London yang memberi testimony berikut:

“Setelah Jamie mengubah menu makanan di kafetaria dari junk food, gorengan dan frozen food ke fresh food yang bergizi seimbang, murid kami lebih fokus dan mudah konsentrasi. Perbedaannya sangat jelas terutama setelah jam makan siang, dimana anak biasanya mulai hiperaktif karena SEBELUMNYA mereka selalu makan gorengan dan minum soft drink saat makan siang.”

Itu baru efek jangka pendeknya. Bayangkan efek jangka panjangnya. Kalau orang tua mendorong sekolah untuk hanya menyediakan makanan sehat, secara langsung anda berinvestasi untuk mencegah anak anda dari diabetes, tekanan darah tinggi, ADD / ADHD, obesitas, penyakit pencernaan akibat bahan pengawet, atau penyakit2 lain yang disebabkan oleh bahan kimia yang karsinogenik.

Kalau orang-orang tua murid di satu sekolah kompakan bikin petisi dan konsisten untuk menyampaikan permintaan yang sama di tiap pertemuan POMG dan saat ambil rapor, saya percaya suatu saat pihak sekolah akan mendengar dan melakukan sesuatu. After all, kelanjutan sekolah tersebut bergantung pada uang sekolah dan uang gedung / uang pangkal yang disetor oleh orang tua 😀